Kamis, 31 Agustus 2017

Teks Puisi || Lomba Baca Puisi Tingkat Pelajar Se-Madura Sanggar ALIF Lenteng Sumenep



SAJAK MATAHARI
KARYA : W.S. RENDRA
Matahari bangkit dari sanubariku
Menyentuh permukaan samudra raya
Matahari keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawala
Wajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu wanita miskin
Kakimu terbenam di dalam lumpur
Kamu harapkan beras seperempat gantang
Dan ditengah sawah tuan tanah menanammu
Satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara
Tubuh mereka terbalut lumpur
Dan kepala mereka berkilatan memantulkan cahaya matahari
Mata mereka menyala
Tubuh mereka menjadi bara
Dan mereka membakar dunia
Matahari adalah cakra jingga yang lepas tangan sang krishna
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu
Ya, umat manusia

Yogya, 5 Maret 1976


 




LAGU SEORANG GERILYA
(untuk putraku isaisas sadewa) Karya : W.S. Rendra
Engkau melayang jauh, kekasihku
Engkau mandi cahaya matahari
Aku disini memandangmu, menyandang senapan, berbendera pusaka
Di antara pohoh-pohon pisang di kampung kita yang berdebu
Engkau berkudung selendang katun di kepalamu
Engkau menjadi suatu keindahan, sementara dari jauh
Resimen tank penindas terdengan menderu
Malam bermandi cahaya matahari
Kehijauan menyelimuti medan perang yang membara
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku
Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu
Peluruku habis dan darah muncrat dari dadaku
Maka di saat seperti itu
Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama kakek-kakekku yang telah gugur
Di dalam berjuang membela rakyat jelata

Jakarta, 2 September 2977






RUMPUN ALANG-ALANG
Oleh : W.S. Rendra

Engkaulah perempuan terkasih
Yang sejenak kulupakan, sayang
Karena dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Gelap dan bergoyang ia
Dan iapun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
Tapi alang-alang tumbuh di dada



KANGEN
Oleh : W.S. Rendra

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
Karena cinta telah sembunyikan pisaunya
Menbayangkan wajahmu adalah siksa
Kesepian adalah ketakutan adalam kelumpuhan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti
Aku tungku tanpa api

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Galery Lomba Baca Puisi