SAJAK
MATAHARI
KARYA :
W.S. RENDRA
Matahari
bangkit dari sanubariku
Menyentuh
permukaan samudra raya
Matahari
keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawala
Wajahmu
keluar dari jidatku, wahai kamu wanita miskin
Kakimu
terbenam di dalam lumpur
Kamu harapkan
beras seperempat gantang
Dan ditengah
sawah tuan tanah menanammu
Satu juta
lelaki gundul keluar dari hutan belantara
Tubuh mereka
terbalut lumpur
Dan kepala
mereka berkilatan memantulkan cahaya matahari
Mata mereka
menyala
Tubuh mereka
menjadi bara
Dan mereka
membakar dunia
Matahari
adalah cakra jingga yang lepas tangan sang krishna
Ia menjadi
rahmat dan kutukanmu
Ya, umat
manusia
Yogya, 5
Maret 1976
LAGU SEORANG
GERILYA
(untuk putraku isaisas sadewa) Karya : W.S. Rendra
(untuk putraku isaisas sadewa) Karya : W.S. Rendra
Engkau
melayang jauh, kekasihku
Engkau mandi
cahaya matahari
Aku disini
memandangmu, menyandang senapan, berbendera pusaka
Di antara
pohoh-pohon pisang di kampung kita yang berdebu
Engkau
berkudung selendang katun di kepalamu
Engkau
menjadi suatu keindahan, sementara dari jauh
Resimen tank
penindas terdengan menderu
Malam
bermandi cahaya matahari
Kehijauan
menyelimuti medan perang yang membara
Di dalam
hujan tembakan mortir, kekasihku
Engkau
menjadi pelangi yang agung dan syahdu
Peluruku
habis dan darah muncrat dari dadaku
Maka di saat
seperti itu
Kamu
menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama
kakek-kakekku yang telah gugur
Di dalam
berjuang membela rakyat jelata
Jakarta, 2
September 2977
RUMPUN ALANG-ALANG
Oleh : W.S. Rendra
Engkaulah
perempuan terkasih
Yang sejenak
kulupakan, sayang
Karena dalam
sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku
alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Gelap dan
bergoyang ia
Dan iapun
berbunga dosa
Engkau tetap
yang punya
Tapi
alang-alang tumbuh di dada
KANGEN
Oleh : W.S. Rendra
Kau tak akan
mengerti bagaimana kesepianku
Menghadapi
kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan
mengerti segala lukaku
Karena cinta
telah sembunyikan pisaunya
Menbayangkan
wajahmu adalah siksa
Kesepian
adalah ketakutan adalam kelumpuhan
Engkau telah
menjadi racun bagi darahku
Apabila aku
dalam kangen dan sepi
Itulah
berarti
Aku tungku
tanpa api